Senin, 03 Juni 2013

BAGIAN 1 - Mengiqro Kalam-Kalam Illahi

Iqro tidak sekadar membaca.


 Iqro secara harfiahnya adalah membaca, namun secara arti luasnya mengandung arti membaca, mengkaji dan menghayati apa yang tersirat di balik kalam-kalam Illahi, baik yang tersurat dalam kitab suci Al-Qur’an maupun yang tersirat dalam hukum-hukum alam yang merupakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.
Dalil-dalil, rumusan-rumusan yang telah menjadi teori dalam berbagai ilmu pengetahuan adalah merupakan hasil iqro terhadap rahasia-rahasia alam yang merupakan ketentuan-ketentuan yang telah dite-tapkan Allah SWT dalam mengatur alam semesta ini.  Manusia diberi akal untuk dapat mengiqro kalam-kalam Illahi, sehingga dapat mengetahui posisinya dihadapan Allah SWT, yaitu sebagai mahluk-Nya.  Sebagai mahluk-Nya, manusia harus ta’at kepada perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Manusia dibedakan dari mahluk lainnya, yaitu diberi akal untuk berpikir agar dapat mengiqro kalam-kalam Illahi, baik yang tersurat dalam kitab suci Al-Qur’an, maupun yang tersirat dalam hukum-hukum alam, sehingga manusia mampu menjalani kehidupan nya di dunia yang penuh cobaan-cobaan dan ujian-ujian.
Ilmu pengetahuan yang terus berkembang merupakan hasil Iqro manusia terhadap kalam-kalam Illahi yang tersirat dalam fenomena-fenomena alam yang terjadi, kemudian dicerna dengan akalnya dan dirumuskan berupa kaidah-kaidah yang menjadi pegangan manusia.

Allah SWT berfirman :

Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekua-saan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
  (Adz-Dzariyat ayat 20).

dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?”
 (Adz-Dzariyat ayat 21)
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepa-damu”.
(Adz-Dzariyat ayat 22)

Firman Allah tersebut menyeru agar manusia selalu mengiqro kalam-kalam-Nya, baik yang berupa tanda-tanda yang ada di bumi, di dalam diri manusia itu sendiri, maupun yang ada di langit. Dengan demikian manusia akan selalu mengingat kebesaran Allah SWT melalui kalam-kalam-Nya. Juga manusia akan terasah akalnya yang sangat berguna dalam menjalani kehidupannya di dunia yang penuh cobaan-cobaan dan ujian-ujian dari Allah SWT.
Allah SWT telah menyediakan segala apa yang diperlukan manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia. Manusia tinggal mencerna dengan akalnya untuk memperoleh apa yang diperlukannya. Oleh karena itu manusia harus pandai-pandai mengiqro kalam-kalam Illahi, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan tuntunan bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan di dunia ini. Al-Qur’an membantu umat Islam untuk dapat mengiqro kalam-kalam Illahi yang tersebar di alam semesta ini. Orang yang dapat mengiqro kalam Illahi merupakan orang yang beruntung, karena akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan lahir maupun kebutuhan batin, yang ujung-ujungnya akan mendekatkan diri pada Allah SWT, karena dengan mengiqro kalam-kalam Illahi ia dapat melihat kebesaran-kebesaran-Nya.
Para ilmuwan yang menemukan kaidah-kaidah, rumusan-rumusan teori ilmu pengetahuan seperti Archimedes, Newton, Einstein dan lain-lainnya adalah orang-orang yang telah mampu mengiqro kalam-kalam Illahi, sehingga penemuannya itu sangat berguna bagi kehidupan umat manusia. Ilmu pengetahuan sendiri pada dasarnya merupakan sarana agar dapat mengiqro kalam-kalam Illahi, sehingga akan membawa manusia menyadari posisinya di hadapan Allah SWT sebagai mahluk yang lemah. Dengan demikian manusia akan terhindar dari sifat-sifat yang tidak terpuji seperti sombong, serakah dan lain-lain. Orang yang berilmu biasanya seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk.


Agama dan ilmu pengetahuan.

Untuk dapat mengiqro kalam-kalam Illahi, manusia patut menguasai agama dan ilmu pengetahuan dengan selaras dan seimbang seba-gaimana pepatah bahwa  agama tanpa ilmu adalah buta, ilmu tanpa agama adalah lumpuh. Ilmu agama untuk mengelola batin manusia sebagai landasan untuk berpikir dengan jernih. Ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk dapat mengiqro kalam-kalam Illahi yang tersebar di alam semesta ini.
Agama mengasah qolbu manusia agar jernih, sehingga peka terhadap getaran-getaran sinar Illahi yang selalu terpancar setiap saat. Getaran-getaran sinar Illahi yang mampu ditangkap itu kemudian diolah oleh akal pikiran manusia. Akal pikiran manusia itu akan tajam apabila selalu diasah dengan memperdalam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu sendiri adalah getaran sinar Illahi yang telah mampu ditangkap manusia dan diolah oleh akal pikiran manusia yang kemudian diwujudkan dalam bentuk kaidah-kaidah teori hukum-hukum alam yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia di dalam menempuh hidupnya di dunia.
Kita sebagai umat Islam telah diberikan tuntunan oleh Allah SWT melalui Al-Qur’an yang dijelaskan oleh Hadits-hadits Rasulullah Nabi Muhammad SAW Al-Qur’an memberikan petunjuk bagi umat Islam untuk dapat mengolah qolbunya agar mampu mengiqro kalam-kalam Illahi, sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hanya manusia yang mampu mengiqro kalam-kalam Illahi yang dapat lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Newton seorang ilmuwan yang menemukan teori gaya gravitasi adalah orang yang berhasil mengiqro kalam Illahi. Pengamatannya terhadap kejadian sehari-hari tentang benda jatuh kebawah telah menimbulkan pertanyaan pada dirinya sendiri, mengapa benda itu jatuh ke bawah ? Melalui pengamatan dan penelitiannya kemudian diperoleh kesimpulan dengan rumusan teori yang dikenal dengan teori gaya gravitasi, bahwa bumi akan menarik setiap benda kearah pusat bumi.
Demikian pula dengan Archimedes, pengalam-annya  setiap kali menceburkan diri ke dalam air telah menimbulkan pertanyaan pada dirinya,  mengapa badannya menjadi ringan ?  Melalui  pengamatan dan penelitiannya kemudian diperoleh rumusan teori yang dikenal dengan hukum Archimedes, bahwa setiap benda yang jatuh pada benda cair akan mendapat tekanan ke permukaan seberat benda itu sendiri.
Itulah contoh orang-orang yang mampu mengiqro kalam-kalam Illahi, yang hasilnya sangat bermanfaat  bagi kehidupan manusia di dunia. Banyak para ilmuwan yang berhasil mengiqro kalam Illahi yang kemudian dituangkan berupa kaidah-kaidah teori ilmu pengetahuan di berbagai bidang, sehingga ilmu pengetahuan terus berkembang dari zaman ke zaman.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang harus menjadi sarana untuk dapat lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Itulah sebabnya manusia diberi akal, agar dapat berpikir sehingga mampu mengiqro kalam-kalam Illahi baik yang tersurat, maupun yang tersirat.  Dengan mengiqro kalam-kalam Illahi, manusia akan lebih mengenal Tuhannya dan mengetahui posisinya sebagai mahluk-Nya.
Dengan perkembangan ilmu komputer yang semakin lama semakin pesat, menyebabkan setiap kegiatan di berbagai bidang tidak terlepas dari  penggunaan ilmu ini. Dengan aplikasi ilmu komputer maka setiap pekerjaan akan lebih cepat dilak-sanakan dan memang kondisi dewasa ini menuntut itu.
Ilmu komputer adalah kalam Illahi yang mampu diiqro oleh para ilmuwan. Para ilmuwan tersebut, baik sadar maupun tidak, adalah orang-orang yang mampu mengiqro kalam-kalam Illahi.
Namun demikian bagi kita sebagai umat Islam perlu menafakuri dan menghayati ilmu tersebut dalam rangka untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya :

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
       (Ali-Imron ayat 190)

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau mencip-takan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
      (Ali-Imron ayat 191)